Beberapa bulan yang lalu Madeleine mulai belajar untuk berdiri. Setiap waktu tanpa merasa lelah dia berusaha untuk berdiri. Barang apapun di sekitarnya dia pakai untuk membantu dia menegakkan kakinya yang kecil dan mungil itu.
Setiap kali dia berhasil berdiri sendiri, dia menolehkan mukanya ke arahku dan tertawa, seolah-olah mau pamer, “aku berhasil berdiri tanpa bantuanmu”. Dia sih senang saja. Aku takut setengah mati. Takut dia jatuh, melihat kakinya yang belum stabil betul. Saking takutnya sampai tiap kali dia berdiri, aku duduk bersila di belakangnya, jaga-jaga siapa tahu dia jatuh ke belakang.
Melihat aku duduk di belakangnya, dia malah memanfaatkan keberadaanku di situ. Dia menjatuhkan dirinya dengan sengaja ke belakang sehingga jatuh ke atas pangkuanku. Habis itu dia teriak, “Lagi ... lagi”. Maksudnya, tolong berdirikan aku lagi, biar aku bisa menjatuhkan diriku lagi. Ternyata dia menikmati sekali jatuh ke atas pangkuanku. Seolah-olah dia tahu, aku pasti akan menangkapnya dan tidak akan membiarkan dia jatuh. Seolah-olah dia yakin, ke manapun arah jatuhnya aku akan selalu menangkapnya.
Keyakinan seperti yang dimiliki Madeleine ini ingin sekali aku miliki ketika aku jatuh dan mengalami kepedihan dalam hidup. Keyakinan bahwa Bapaku tidak akan membiarkan aku mengalami kesakitan. Keyakinan bahwa Bapaku tidak mengenal lelah untuk selalu menangkap aku ketika aku jatuh. Bahwa aku tidak bisa jatuh lebih dalam lagi selain ke atas pangkuan Bapaku di surga.
Aku tahu bagaimana besar cintaku pada Madeleine, sehingga aku tidak akan membiarkan dia jatuh terjungkal dan kepalanya membentur lantai. Dan aku juga tahu bahwa cinta Bapaku padaku jauh lebih besar dari pada cinta terbesar yang mampu aku berikan pada Madeleine. Bila aku saja, yang hanya bisa mencinta dengan sangat terbatas, tidak akan membiarkan anakku jatuh selain ke atas pangkuanku, bagaimana dengan Dia yang bisa mencinta tanpa batas ?
Semestinya sampai di sini aku, sebagai anak-Nya, tidak perlu takut untuk jatuh. Tapi sering kali aku meragukan apakah Bapaku benar-benar akan menangkap aku bila aku jatuh. Sering aku jatuh, mengalami kepedihan hati dan pada saat itu aku tidak merasakan kehangatan pelukan tangan-Nya apalagi empuknya pangkuan tempat aku jatuh.
Padahal janji-Nya telah Dia berikan padaku di dalam kitab Yosua: “Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau” (Yos 1:5b). Janji yang seharusnya aku yakini sebagai janji yang pasti akan dipenuhi. Aku akan terus berusaha untuk meyakini janji-Nya ini. Sehingga suatu ketika nanti bila aku jatuh, aku tidak perlu menoleh ke belakang untuk memastikan apakah Bapa-ku bersila di belakangku. Karena aku yakin, Dia tidak akan pernah meninggalkan aku.
@ http://www.mkif-online.de
Categories:
Label:
Refleksi